SANG GURU YANG LUAR BIASA

LUAR BIASANYA SEORANG GURU

Sekelompok anak muda menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya. Salah seorang dari mereka melihat guru SMA-nya. Murid itu menyalami gurunya dengan penuh penghormatan, seraya berkata:

“Masih ingat saya kan, pak guru?”
Gurunya menjawab, “wah maaf nak, saya tidak ingat.”

Murid itu bertanya keheranan, “Masa sih, pak guru tidak ingat saya.”
“Saya kan… murid yang dulu mencuri jam tangan punya salah seorang teman di kelas.”

“Ketika anak yang kehilangan jam itu menangis, pak guru menyuruh kita untuk berdiri semua, karena akan dilakukan penggeledahan saku murid semuanya.”

“Saat itu saya berfikir, bahwa saya akan dipermalukan dihadapan para murid dan para guru, dan akan menjadi tumpahan ejekan dan hinaan. Mereka akan memberikan gelar kepada saya: “pencuri” dan harga diri saya pasti akan hancur, selama hidup saya.”

“Bapak menyuruh kami berdiri menghadap tembok dan menutup mata kami semua.”

“Bapak menggeledah kantong kami, dan ketika tiba giliran saya, Bapak ambil jam tangan itu dari kantong saya, dan Bapak lanjutkan penggeledahan sampai murid terakhir.”

“Setelah selesai, Pak guru menyuruh kami membuka penutup mata, dan kembali ke tempat duduk masing-masing.”

“Saya takut Bapak akan mempermalukan saya di depan murid-murid lain yang semuanya teman saya.”

“Bapak tunjukkan jam tangan itu dan Bapak berikan kepada pemiliknya, tanpa menyebutkan siapa yang mencurinya.”

“Selama saya belajar di sekolah itu, Bapak tidak pernah bicara sepatah kata pun tentang kasus jam tangan itu, dan tidak ada seorang guru maupun murid yang bicara tentang pencurian jam tangan itu.”

“Bapak masih ingat saya kan pak?”
“Bagaimana mungkin Bapak tidak mengingat saya??”

“Saya adalah murid Bapak, dan cerita itu adalah cerita pedih yang tak akan terlupakan selama hidup saya.”

“Saya sangat mengagumi Bapak. Sejak peristiwa itu saya berubah menjadi orang yang baik, dan benar hingga sekarang saya jadi pengusaha yang sukses.
Saya mencontoh semua akhlak, sikap, dan juga perilaku Bapak.”

Sang Guru itu pun menjawab,
“Bagaimana aku bisa mengingatmu nak, karena pada saat menggeledah itu, aku sengaja menutup mataku, agar aku tidak mengenalmu.”

“Karena aku tidak mau merasa kecewa atas perbuatan salah satu muridku, aku sangat mencintai semua murid-muridku…”

Tangispun pecah antara murid dan sang guru yang mulia tersebut.

Demikianlah bagaimana akhlak seorang guru yang kemudian menjadi panutan bagi anak didiknya.

Guru berdiri di depan kelas, 
dan siswa memberi penghormatan, itu bukan karena guru haus kehormatan, tetapi karena siswa sedang diajar untuk tahu menghormati,…

Guru mengajar didepan kelas, siswa diminta memperhatikan, bukan karena guru tak tahu metode mengajar yang baik, tetapi karena siswa sedang diajar untuk menghargai orang lain.,…

Guru memberikan Pekerjaan Rumah, siswa diminta menyelesaikan, bukan karena guru memberi beban tambahan, tetapi karena siswa sedang diajar untuk bisa mengisi waktu berkualitas

Guru merobek kertas ujian karena menyontek, siswa diminta mengikuti ujian susulan, bukan karena guru berlaku jahat, tetapi karena siswa sedang diajar pentingnya kejujuran…

Guru membuat jadwal kebersihan, siswa diminta membersihkan lingkungan, bukan karena guru mau seenaknya memerintah, tetapi karena siswa diajar untuk bisa bertanggung jawab,…

Guru berbicara keras karena siswa kurang memperhatikan, bukan karena guru benci, tetapi karena siswa sedang diajar untuk sadar akan kesalahan,…

Guru memukul siswa karena bandel, bukan karena guru marah, tetapi karena siswa sedang diajar untuk mengerti kebaikan,…

Guru memberi hukuman yang wajar, bukan karena guru tak punya kasih, tetapi karena siswa sedang diajar mengakui kesalahan,…

Guru melarang siswa melakukan hal-hal yang terlihat asyik, bukan karena guru tak mengerti kesenangan siswa, tetapi karena siswa sedang diajar untuk melihat masa depan lebih baik,…

Tanyakan pada mereka yang sukses sekarang, pantaskah membenci seorang guru ?

Ingat bagaimana video seorang pilot yang melihat gurunya sedang menaiki pesawat yang dibawanya? Betapa dia bersyukur atas kebaikan sang guru, kemudian ia memberi karangan bunga tanda penghormatannya kepada sang guru yang telah berjasa atas kesuksesannya. Sungguh kebaikan itu adalah investasi.